Mengkendek, Humas IAKN Toraja ---- Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Toraja kembali melaksanakan ibadah akhir pekan pada Kamis, (20/11/2025). Ibadah berlangsung khidmat di Lobby Lantai 1 Gedung Rektorat IAKN Toraja dan diikuti oleh pimpinan, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan IAKN Toraja. Ibadah ini dipimpin oleh Serdianus, M.Pd., yang membawakan firman Tuhan dengan tema “Beribadah dengan Segenap Hati”, merujuk pada bacaan Alkitab dari Matius 22:37.
Dalam khotbahnya, Serdianus menekankan bahwa beribadah bukan sekadar rutinitas, tetapi pentingnya totalitas dan ketulusan hati dalam setiap aspek ibadah dan pelayanan, baik di gereja maupun dalam kehidupan sehari-hari. “Ketika kita memberi diri sepenuhnya kepada Tuhan, di sanalah ibadah kita menjadi hidup dan bermakna. Tapi yang menjadi pertanyaan adalah, apakah setiap ibadah yang kita lakukan itu sudah kita lakukan dengan segenap hati?. Apakah setiap kali kita datang kepada Tuhan ketika kita duduk beribadah, memberikan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Tuhan, seperti dalam Roma 12: 1,” ungkapnya.
Dalam Matius 22:37, Yesus menjawab orang yang bertanya kepada Dia dengan berkata, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati." Kenapa Tuhan tidak berkata waktu itu, "Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budimu," atau "dengan segenap jiwa” tetapi justru hati?. Berarti ada yang spesial dengan hati ini. Dalam 1 Samuel 16:7 "Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Kisah ketika Nabi Samuel diutus untuk mencari pengganti Raja Saul menunjukkan bahwa Samuel sempat terfokus pada penampilan fisik, namun Tuhan mengingatkan bahwa Ia memilih berdasarkan hati, bukan perawakan.
Mengapa beribadah itu harus segenap hati?. Yang pertama adalah karena Tuhan melihat hati: Tuhan tidak hanya melihat penampilan luar atau kehadiran fisik kita dalam persekutuan, melainkan kedalaman dan isi hati. Pengkhotbah menyinggung kenyataan bahwa terkadang seseorang bisa hadir secara fisik dalam ibadah (misalnya, saat jam kerja) namun hati dan pikiran mereka tidak sepenuhnya tertuju kepada Tuhan. Ibadah tidaklah memakan waktu yang lama, tetapi sering kali hati kita tidak terfokus. Pelayan firman menekankan bahwa Tuhan melihat hati dan mengkritik ibadah yang hanya bersifat formalitas atau ritual bibir saja, mengutip Yesaya 29:13 dan Matius 15:8-9. Ibadah yang sejati harus didorong oleh motivasi, keinginan, dan perasaan terdalam yang benar-benar terfokus pada Tuhan, bukan hanya kata-kata atau ritual yang terlihat. Beliau juga menyinggung persiapan penuh dan menggunakan pakaian terbaik saat beribadah, tetapi mengingatkan bahwa fokus harus pada persembahan diri yang seutuhnya. Roma 12:1 sebagai ajakan untuk mempersembahkan seluruh tubuh sebagai persembahan yang hidup kepada Tuhan.
Yang kedua Keadaan Hati berpengaruh terhadap Kehidupan, dimana hati merupakan pusat kehidupan seseorang yang terdapat fungsi pikiran, pertimbangan, pengambilan keputusan, dan emosi. Kondisi hati seseorang akan tercermin dalam seluruh kehidupannya: baik atau buruknya kehidupan seseorang berasal dari kondisi hati, karena semua orang dikendalikan oleh hatinya.
Yang ketiga Apapun yang dilakukan, lakukanlah dengan segenap hati (Kolose 3:23). Melakukan sesuatu dengan segenap hati menunjukkan perlunya keselarasan antara apa yang kita lakukan secara lahiriah dengan apa yang ada di dalam hati. Hati Mengungkapkan Ketulusan: Ibadah, pujian, dan setiap tugas kita harus dilakukan dengan ketulusan seolah-olah perbuatan itu ditujukan langsung kepada Tuhan. Melakukan segala sesuatu dengan "segenap hati" menunjukkan ketaatan, ketulusan, dan kesungguhan, yang pada akhirnya akan menghasilkan karya terbaik untuk kemuliaan Tuhan.
Melalui pelaksanaan ibadah akhir pekan ini, IAKN Toraja berharap seluruh Civitas akademika semakin dikuatkan dalam iman, terus membangun karakter spiritual dalam keseharian dan menjadikan ibadah bukan sekadar rutinitas, tetapi sebagai persembahan yang tulus dan berkenan kepada Tuhan.
Dokumentasi : Rusdin (Humas IAKN Toraja)
Narasi : AR.